Selain harus lepas dari kebiasaan bermanja-manja dengan waktu, menjadi
mahasiswa di luar negeri, tak terkecuali di Belanda, harus lebih
mandiri. Dosen-dosen di sana pun terkenal
"Awalnya kaget, sebab kita harus disiplin waktu untuk menyusun akademik yang sudah tersistem. Harus benar-benar fokus. Di sini juga mengutamakan diskusi dalam pelajaran, bukan teori. Untuk itu, harus sering-sering berpendapat," ujar Adhita Werdi K O, mahasiswi tingkat sarjana program studi International Communication di Hanze University of Applied Sciences, Groningen, Kamis (5/3/2015).
Menurut Adhita, kultur akademik di kampus tersebut membuat dirinya mandiri. Ia harus menyusun semua subyek kuliah sendiri secara online sistem Osiris. Terlambat atau tidak mengisi sama sekali, lanjut dia, dijamin tidak mendapat nilai meskipun mengikuti mata kuliah.
"Semua kita kerjakan sendiri lewat sistem. Disiplin waktu juga perlu menjadi perhatian. Ada dosen yang tidak membolehkan kita masuk kelas kalau terlambat lima menit," kata mahasiswa yang tengah masuk tahun kedua studi itu.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Adlina W N Ghaisani, mahasiswi S-2 program studi International Business Management School di Hanze University. Adlina mengatakan, sistem pendidikan di kampus ini membuatnya lebih dewasa. Semua dilakukan sendiri sehingga mengajarkan dirinya untuk tidak selalu bergantung pada orang tua.
"Mendiri bukan cuma untuk urusan akademik, tapi juga soal mengelola waktu dan mengatur keuangan. Soal mengelola uang itu paling penting, karena jauh dari orang tua," kata Adlina.
Adlina W N Ghaisani dan Adhita Werdi K O diapit oleh Drs Simon J van
der Wal, Manajer Pemasaran Internasional Hanze UAS, serta Nanie
Medyagustia, Sekretaris di Hanzehogeschool Groningen.
"Harus dimanfaatkan, karena lumayan banget, kira-kira diskon 25 persen. Untuk makan, ya, mau tak mau masak sendiri, karena itu cara paling hemat. Rata-rata semua anak di sini masak makanan sendiri," ujarnya.
Manfaatkan fasilitas
Adlina mengakui, karena mendapatkan beasiswa dari Hanze University, biaya studinya jadi lebih ringan. Sejauh ini biaya yang ia keluarkan lebih banyak untuk menopang hidup di Groningen.
"Beasiswa itu aku dapat dari awal tahun yang aku apply lewat Nuffic Neso Indonesia. Alasan aku pilih kampus ini memang karena ada beasiswanya, jadi tinggal pikirkan biaya hidup dan belajar yang serius, itu saja," ujarnya.
Namun, serius belajar bukan berarti meninggalkan hobi dan kesenangan. Apalagi, jika itu dilakukan tidak dengan hura-hura.
Kultur akademik di Hanze UAS membuat mahasiswa harus mandiri. Mahasiswa
harus menyusun semua subyek kuliah sendiri secara online sistem Osiris.
Menurut Adlina, untuk menghilangkan jenuh ia menyalurkan hobinya
berolahraga di kampus. Kebetulan Hanze University punya fasilitas
olahraga lengkap di sport centrum milik kampus itu, yaitu ACLO. "Biayanya cuma 50 Euro per tahun, tapi fasilitasnya lengkap. Mau olahraga apa saja ada untuk dicoba. Saya pilih hip-hop dance," ujarnya.
Dus, belajar mandiri dengan serius, bertemu dosen-dosen pelit nilai, ditambah hidup harus hemat karena jauh dari orang tua, bukan berarti kepala selalu harus tertunduk. Disiplin itu perlu agar tidak "memble" di negeri orang.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !