E-dukasi

Maaf... Anda Tak Pantas Meraih Beasiswa!

Friday 6 March 2015

ROTTERDAM, KOMPAS.com - Saat membuat surat motivasi (motivation letter) banyak pelamar dianggap gagal (failed) meraih beasiswa karena tak bisa memberikan gambaran tentang relevansi antara program studi pilihannya dan yang ingin dilakukannya setelah lulus kuliah. Bahkan, ada juga yang melakukan tindakan plagiat atau istilahnya "copy paste" dari surat motivasi milik orang lain.

Sebetulnya, pentingkah surat motivasi (Motivation Letter) itu? Apa sulitnya untuk membuat surat untuk mengungkapkan motivasi diri?

Marlindah J. S.A, alumnus Belanda dari Universitas Utrecht, dalam presentasinya 'Bagaimana Menulis Surat Motivasi yang Baik' di Holland Scholarship Day 2015 di Erasmus Huis Jakarta, mengatakan bahwa surat motivasi atau biasa disebut dengan Statement of Purpose merupakan surat pernyataan pribadi yang mengungkapkan mengenai diri kita sebenarnya.

"Di situ kita tuliskan apa saja yang telah mempengaruhi perjalanan karir kita, professional interest kita, apa rencana berikutnya baik pada saat menulis Statement of Purpose tersebut, dan setelah menyelesaikan studi kita di perguruan tinggi yang akan kita tuju," ujar Marlindah.

Marlindah mengatakan, surat motivasi harus bisa memberikan gambaran mengenai latar belakang dan "goals" yang dapat memengaruhi lamaran agar dapat diterima di perguruan tinggi tujuan si pelamar. Dari situ akan terlihat keseriusan seorang pelamar menerima beasiswa dan studi di negara pemberi beasiswa.


M Latief/KOMPAS.com Para mahasiswa Indonesia di Erasmus University, Rotterdam, Rabu (4/3/2015).
 
Kontribusi

Pertanyaannya, sedemikian pentingnya surat motivasi perlu diperhatikan calon pelamar beasiswa? Tentu saja, penting. Menurut Marlindah, sebuah surat motivasi yang baik akan meningkatkan kesempatan si pelamar untuk dapat diterima di perguruan tinggi atau universitas tujuan studinya.

Kedua, surat tersebut juga akan membantu si pelamar meningkatkan "penampilan" keseluruhan dari aplikasinya ke perguruan tinggi tersebut. Ia akan "menjual" kekuatan pada dirinya.

"Yang pasti, sangat membantu kita sebagai si pelamar untuk membuat aplikasi kita menjadi strong application, sebagai kandidat kuat. Andalah yang pantas mendapatkan beasiswa itu, bukan orang lain," ujarnya. 

Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Ario Sudiro, mahasiswa Indonesia peraih beasiswa yang kini tengah menimba ilmu di Fakultas Ekonomi (ESE) Erasmus University Rotterdam, Belanda. Ario adalah satu-satunya penerima beasiswa StuNed (Studeren in Nerdeland) dari instansi swasta, yaitu Astra International di Jakarta. 

"Untuk pengembangan karir, itu sudah pasti. Tapi, secara pribadi saya ingin berkontribusi luas terhadap pembangunan Indonesia dari sisi ekonominya. Itu motivasi saya. Saya fokus pada sisi sumber daya manusianya. Menurut saya, perusahaan bagus itu dilihat dari SDM-nya. Human capital di perusahaan itu benar-benar diperhitungkan. Modal dan teknologi bisa dibeli, tapi SDM harus dipupuk, harus dibentuk," ujar Ario kepada KOMPAS.com, Rabu (4/3/2015) di Erasmus University Rotterdam.

Hal serupa juga dipaparkan Rinaldy Pradana, mahasiswa S-2 di Institute For Housing and Urban Development Studies (IHS), Erasmus University Rotterdam. Peraih beasiswa StuNed yang berstatus sebagai staf di Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, itu mengatakan bahwa kontribusi yang harus dituliskan di surat motivasi harus jelas dan relevan.

"Kemampuan dan pengalaman saya harus saya kontribusikan pada pekerjaan nanti sepulang studi. Contohnya, di Indonesia banyak proyek dibangun kemudian hanya menjadi monumen yang tak terpakai. Rumah susun contohnya, kerap terbengkalai karena operasionalnya tidak diperhatikan. Itu konsentrasi saya, salah satunya," ujar Rinaldy.

Terkait hal itu, Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, mengatakan bahwa rendahnya budaya menulis para pelajar Indonesia cukup mempengaruhi hal tersebut. Anak-anak Indonesia tak terbiasa mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk tulisan, termasuk untuk mengungkapkan motivasinya sendiri dalam meraih beasiswa dan pilihan studi.

"Dari motivation letter itu sangat mudah kelihatan si pelamar serius atau tidak studi ke Belanda. Saya akui, banyak diantara pelajar tak terbiasa mendefinisikan motivasinya sendiri," katanya.

Jangan "Memble" Kuliah di Negeri Orang!


M Latief/KOMPAS.com Selain harus lepas dari kebiasaan bermanja-manja dengan waktu, menjadi mahasiswa di luar negeri, tak terkecuali di Belanda, harus lebih mandiri. Dosen-dosen di sana pun terkenal

GRONINGEN, KOMPAS.com - Selain harus lepas dari kebiasaan bermanja-manja dengan waktu, menjadi mahasiswa di luar negeri, tak terkecuali di Belanda, harus lebih mandiri. Dosen-dosen di sana pun terkenal "pelit" nilai. Lengkap sudah!

"Awalnya kaget, sebab kita harus disiplin waktu untuk menyusun akademik yang sudah tersistem. Harus benar-benar fokus. Di sini juga mengutamakan diskusi dalam pelajaran, bukan teori. Untuk itu, harus sering-sering berpendapat," ujar Adhita Werdi K O, mahasiswi tingkat sarjana program studi International Communication di Hanze University of Applied Sciences, Groningen, Kamis (5/3/2015).

Menurut Adhita, kultur akademik di kampus tersebut membuat dirinya mandiri. Ia harus menyusun semua subyek kuliah sendiri secara online sistem Osiris. Terlambat atau tidak mengisi sama sekali, lanjut dia, dijamin tidak mendapat nilai meskipun mengikuti mata kuliah.

"Semua kita kerjakan sendiri lewat sistem. Disiplin waktu juga perlu menjadi perhatian. Ada dosen yang tidak membolehkan kita masuk kelas kalau terlambat lima menit," kata mahasiswa yang tengah masuk tahun kedua studi itu.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Adlina W N Ghaisani, mahasiswi S-2 program studi International Business Management School di Hanze University. Adlina mengatakan, sistem pendidikan di kampus ini membuatnya lebih dewasa. Semua dilakukan sendiri sehingga mengajarkan dirinya untuk tidak selalu bergantung pada orang tua.

"Mendiri bukan cuma untuk urusan akademik, tapi juga soal mengelola waktu dan mengatur keuangan. Soal mengelola uang itu paling penting, karena jauh dari orang tua," kata Adlina.


 M Latief/KOMPAS.com Adlina W N Ghaisani dan Adhita Werdi K O diapit oleh Drs Simon J van der Wal, Manajer Pemasaran Internasional Hanze UAS, serta Nanie Medyagustia, Sekretaris di Hanzehogeschool Groningen.
Adlina menuturkan, untuk membeli buku, makan, berlibur dan sebagainya diatur dengan cermat. Beruntung, lanjut dia, banyak diskon tersedia mahasiswa internasional, misalnya diskon tiket nonton, museum, atau sesekali ngopi di kafe.

"Harus dimanfaatkan, karena lumayan banget, kira-kira diskon 25 persen. Untuk makan, ya, mau tak mau masak sendiri, karena itu cara paling hemat. Rata-rata semua anak di sini masak makanan sendiri," ujarnya.

Manfaatkan fasilitas

Adlina mengakui, karena mendapatkan beasiswa dari Hanze University, biaya studinya jadi lebih ringan. Sejauh ini biaya yang ia keluarkan lebih banyak untuk menopang hidup di Groningen.

"Beasiswa itu aku dapat dari awal tahun yang aku apply lewat Nuffic Neso Indonesia. Alasan aku pilih kampus ini memang karena ada beasiswanya, jadi tinggal pikirkan biaya hidup dan belajar yang serius, itu saja," ujarnya.

Namun, serius belajar bukan berarti meninggalkan hobi dan kesenangan. Apalagi, jika itu dilakukan tidak dengan hura-hura.


M Latief/KOMPAS.com Kultur akademik di Hanze UAS membuat mahasiswa harus mandiri. Mahasiswa harus menyusun semua subyek kuliah sendiri secara online sistem Osiris.
Menurut Adlina, untuk menghilangkan jenuh ia menyalurkan hobinya berolahraga di kampus. Kebetulan Hanze University punya fasilitas olahraga lengkap di sport centrum milik kampus itu, yaitu ACLO.

"Biayanya cuma 50 Euro per tahun, tapi fasilitasnya lengkap. Mau olahraga apa saja ada untuk dicoba. Saya pilih hip-hop dance," ujarnya.

Dus, belajar mandiri dengan serius, bertemu dosen-dosen pelit nilai, ditambah hidup harus hemat karena jauh dari orang tua, bukan berarti kepala selalu harus tertunduk. Disiplin itu perlu agar tidak "memble" di negeri orang.

Paradoks Teknologi Belajar

Paradoks Teknologi Belajar
March 3, 2015 . by . in Artikel Bined

Bagi sekolah di kota besar, berfasilitas baik, dan dilayani guru bermutu, penyediaan teknologi belajar bagi para murid merupakan kemewahan. Teknologi untuk belajar di sekolah baik merupakan unsur pelengkap atau penghias semata, bukan kebutuhan. Jika tak tersedia teknologi belajar pun, para siswa tetap dapat belajar bersama gurunya.

OLPC – Australia
Namun sebaliknya, bagi sekolah apalagi masyarakat tanpa sekolah di pedalaman terpencil dan tanpa fasilitas seperti pustaka publik, mungkin pula tak memiliki guru yang memadai, maka teknologi belajar merupakan kebutuhan. Teknologi belajar bagi anak-anak di daerah terpencil merupakan keharusan.
Demikianlah paradoks dalam teknologi belajar. Di perkotaan dengan fasilitas pendidikan baik, teknologi belajar merupakan kemewahan, tetapi di pedalaman terpencil, teknologi belajar justru merupakan kebutuhan.

Anak

Saat Mendikbud Anies Baswedan mengutarakan gagasan pemanfaatan tablet atau e-sabak sebagai media belajar, beberapa pihak meragukan. Umumnya, keraguannya bersumber pada fakta infrastruktur yang belum memadai, seperti jaringan listrik dan Internet yang belum tersedia luas. Juga ada suara yang takut anak akan memanfaatkannya guna mengakses informasi tak pantas.
Lebih jauh lagi, ada yang takut bahwa pemberian sabak sebagai ganti buku ajar untuk saat ini belum mendesak, malah akan membuat perbandingan pendidikan di kota besar dengan di pelosok-pelosok semakin jomplang.
Semua pendapat bernada tak positif tersebut sahih. Hanya saja, tampaknya para pengritik tadi mengira e-sabak ini atau teknologi dalam pembelajaran ini diterapkan di perkotaan atau malah di seluruh Indonesia, secara nasional.

OLPC – Nepal
Saat sekarang, masih banyak daerah terpencil, sulit dijangkau, terjebak konflik, atau terkena bencana. Akibatnya, anak-anak di daerah seperti ini mau tak mau harus menelan layanan pendidikan ala kadarnya. Kerap terjadi, hanya ada satu guru di satu-satunya sekolah di desa terdekat. Guru seorang itu harus mengampu pelajaran dari Agama, Bahasa Indonesia, Kimia, Matematika, sampai Olah Raga. Di beberapa daerah lain, prajurit TNI yang berinisiatif mengajar anak-anak.
Banyak daerah terpinggirkan ini harus dicapai dengan berjalan kaki menembus hutan satu atau dua malam. Ada pula yang harus dicapai dengan kapal atau pesawat perintis yang tak selalu tersedia.
Dengan keadaan seperti itu, bagaimana menyediakan pendidikan bermutu?
Menyediakan guru cakap dan bergairah mengajar untuk di daerah terpencil tentu harus dilanjutkan, tetapi berapa banyak guru hebat seperti itu yang sanggup disediakan dalam waktu satu atau dua tahun ke depan? Lalu, dalam waktu dua tahun itu, apakah anak-anak yang terabaikan ini akan dibiarkan juga tak memperoleh layanan pendidikan bermutu?
Sungguh tak pantas sebenarnya di abad ke-21 ini masih ada anak-anak kita yang belum memperoleh pendidikan wajar. Padahal, teman-temannya di Kebayoran, Jakarta, dan bahkan di Palu, Sulawesi Tengah, bersekolah dengan guru lengkap.
Oleh karenanya, gagasan penggunaan teknologi dalam pembelajaran merupakan usulan yang layak dipertimbangkan. Terlebih, kemungkinan teknologi belajar merupakan pintu peluang terbesar negara dalam upaya menyediakan kesempatan belajar bermutu bagi anak-anak terpinggirkan saat ini.

Berbagai sumber daya untuk e-sabak
Benar bahwa di daerah terpencil belum ada infrastruktur Internet dan listrik yang memadai. Justru itu menandakan, ini saat yang tepat untuk merancangnya dengan biaya sehemat mungkin. Ini investasi pendidikan untuk 10 tahun ke depan atau lebih. Ini saatnya rekayasawan kita merekacipta sumber daya listrik alternatif murah yang memungkinkan mengisi sumber daya e-sabak. Daya surya, bayu, atau kinetik putaran tuas tangan merupakan sumber daya alternatif.
Ketiadaan jaringan Internet juga bukan masalah, karena e-sabak atau laptop dapat dimanfaatkan dengan modus offline atau luring. Dengan mempersiapkan bahan ajar dalam kartu memori, e-sabak atau laptop dapat berfungsi sebagai sumber bahan ajar dan dapat diperbaharui datanya dengan mudah secara berkala, yakni dengan mengirimkan kartu memori kecil tersebut. Ini jauh lebih mungkin dan hemat ketimbang mengirim buku ajar.
Keuntungan lain dari penggunaan e-sabak, laptop, atau bahkan ponsel cerdas ini ialah peluang melokalkan pembelajaran IPA, IPS, Matematika, dsb, seperti ke dalam Bahasa Ibu. Dengan pendekatan buku ajar tradisional, tentunya hal ini rumit dan mahal, tetapi justru menjadi mungkin diwujudkan dengan teknologi. Di Nepal, hal ini sudah diterapkan.

Guru

Jika guru di sekolah terpencil mengikuti program pelatihan di kota terdekat, maka guru akan meninggalkan sekolah dan muridnya akan terganggu. Belum lagi, isi pelatihan guru saat ini kerap belum menyentuh konsep mendalam, karena jumlah dan kapasitas widyaiswara masih kurang.
Tetapi, melalui teknologi informasi, guru dapat langsung belajar dan mempraktikkan cara membelajarkan satu topik tertentu pada waktu yang singkat, tanpa perlu meninggalkan sekolahnya. Jika harus membelajarkan perkalian bilangan bulat hari Senin, misalnya, di hari Minggu guru dapat langsung menyimak klip vidio 5-menitan bagaimana mengajarkannya. Ini hemat dan akan tepat sasaran.
Seperti juga bagi murid, bagi guru di daerah terpencil, teknologi belajar juga merupakan kebutuhan.
Upaya pemanfaatan teknologi informasi ini layak untuk dikaji lebih rinci. Kemudian, jika dianggap layak, perlu diujicoba dalam skala kecil dahulu, untuk lokasi tertentu dan satu atau dua matapelajaran saja. Ujicoba untuk pulau yang terpencil, misalnya. Piranti keras dan lunak juga perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan keadaan penerapan.
Ada yang skeptis bahwa program ini akan dikorupsi. Tentu ada kemungkinannya. Bukankah buku ajar tradisional atau fasilitas pendidikan juga diselewengkan? Kurang bijak jika kita memupuskan kesempatan belajar anak-anak terpinggirkan ini, hanya karena kecurigaan akan ada orang jahat yang tega memalak dananya. ***
Dimuat di Kompas, 3 Maret 2015

PENDAFTARAN PERIODE I PROGRAM BEASISWA TA 2015/2016

Thursday 5 March 2015


Sekolah Tinggi Manajemen Transpor (STMT) Trisakti
Sekolah Tinggi Manajemen Transpor (STMT) Trisakti masih membuka kesempatan kepada seluruh siswa/i lulusan SLTA sederajat yang Kurang Mampu dan Berprestasi di Bidang Akademis dari Wilayah Jabodetabek dan Luar Daerah untuk memperoleh Beasiswa Penuh dan Beasiswa SPP dan BPP Pokok selama masa studi di STMT Trisakti.
BEASISWA PENUH
Persyaratan:
  1. Fresh Graduate dari SMA/SMK sederajat
  2. Lulus UAN, dan memiliki nilai rata-rata 7 (tujuh) di kelas I & II atau NEM rata-rata 7 (lampirkan photo-copy raport).
  3. Lulus Ujian Saringan Masuk (Ujian Tertulis, English Interview, Tes Kesehatan, Psikotes).
  4. Usia tidak melebihi 19 tahun pada saat mengajukan beasiswa, dan belum menikah pada saat mengajukan dan selama menerima beasiswa.
  5. Tidak menerima beasiswa dari sumber lain.

Ketentuan:
  1. Beasiswa yang diberikan adalah biaya pendidikan yang diperlukan selama maksimal 4 (empat) tahun
  2. Biaya Psikotes dan Tes Kesehatan sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) menjadi tanggung jawab peserta. Adapun Psikotes dan Tes Kesehatan akan dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dan biaya Psikotes akan dibayarkan apabila lulus ujian Tertulis.
BEASISWA SPP dan BPP Pokok
Persyaratan:
  1. Lulus UAN, dan memiliki nilai rata-rata 6,5 (enam koma lima) di kelas I & II atau NEM rata-rata 7 (lampirkan photo-copy raport)
  2. Lulus Ujian Saringan Masuk (Ujian Tertulis, English Interview, Tes Kesehatan, Psikotes).
  3. Usia tidak melebihi 19 tahun pada saat mengajukan beasiswa, dan belum menikah pada saat mengajukan dan selama menerima beasiswa.
  4. Tidak menerima beasiswa dari sumber lain.
Ketentuan:
  1. Beasiswa yang diberikan adalah biaya pendidikan yang diperlukan selama maksimal 3 (tiga) tahun.
  2. Biaya Psikotes dan Tes Kesehatan sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) menjadi tanggung jawab peserta. Adapun Psikotes dan Tes Kesehatan akan dilaksanakan oleh Pihak Ketiga dan biaya Psikotes akan dibayarkan apabila lulus ujian Tertulis.
Pendaftaran telah dibuka sampai 20 April 2015 dan Ujian Saringan Masuk akan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015, silakan lakukan pendaftaran di Ruang Pendaftaran Mahasiwa Baru Lantai 2 Kampus STMT Trisakti atau dapat menghubungi telp. 021-8516050 ext 128, 136, 158/ Sdr Yosi (0812 9199689) dan Sdr. Keke (08128870663).
Jadwal USM Program Beasiswa
Kesempatan Terbatas……Pastikan Anda menjadi salah seorang Penerima Beasiswa di STMT Trisakti.
For more information, please visit official website: www.stmt-trisakti.ac.id.

Beasiswa S2 Guru SMP,SMA, SMK Tahun 2015


Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, HarunKepala Dinas Pendidikan Jawa Timur

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Timur, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur membuka kembali Program Beasiswa Pendidikan S2 bekerjasama dengan Universitas Negeri Malang bagi guru SMP, SMA dan SMK di Jawa Timur.

Bantuan biaya pendidikan selama 2 tahun ini akan diberikan kepada 183 orang guru yang lulus seleksi, untuk menempuh studi 3 (tiga) semester di dalam negeri dan 1 (satu) semester di luar negeri (China/ Thailand / Filipina)

Sehubungan dengan rencana kegiatan tersebut di atas, kami mohon bantuan Bapak/Ibu untuk memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menginformasikan kepada setiap Kepala Sekolah untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru yang dipimpinnya untuk mengikuti proses seleksi guna mendapatkan bantuan biaya beasiswa S2 dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk tahun 2015 ini, konsentrasi ditujukan kepada guru-guru yang mengampu mata pelajaran :
a. Matematika : Guru SMP, SMA, SMK
b. IPS Terpadu : Guru SMP
c. IPA Terpadu : Guru SMP
d. Fisika : Guru SMA, SMK
e. Kimia : Guru SMA, SMK
f. Biologi : Guru SMA, SMK
g. Geografi : Guru SMA, SMK
h. Ekonomi : Guru SMA, SMK
i. Bahasa Inggris : Guru SMP, SMA, SMK

Saatnya... Raih Beasiswa Pertukaran Pelajar ke Eropa!

Dok: Smartlink-edu.eu
KOMPAS.com – Banyak peluang bagi pelajar Indonesia untuk mencicipi beasiswa studi ke Eropa. Salah satunya melalui beasiswa SmartLink, sebuah program pembiayaan pertukaran pelajar ke Eropa oleh Erasmus Mundus Action 2 (EMA2).

Program tersebut merupakan jalinan kemitraan antara 11 pendidikan perguruan tinggi internasional negara-negara Uni Eropa dan 9 perguruan tinggi di Asia, termasuk Indonesia. Masing-masing perguruan tinggi anggota kemitraan itu akan mendapat kesempatan memperoleh beasiswa dan saling bertukar pelajar.

Menariknya, beasiswa ini diperuntukkan tak hanya untuk mahasiswa, melainkan juga staf akademik dan staf administrasi. Perguruan tinggi yang menjadi anggota kemitraan di Asia dapat belajar ke universitas-universitas di Eropa dalam rangka meningkatkan dan memperkaya pengalaman. Adapun tujuan utamanya adalah untuk mendorong, saling memperkaya pemahaman, serta menggali inovasi berbasis pengetahuan antara perguruan tinggi di Uni Eropa dan Asia.

Calon peserta dapat memilih salah satu pembiayaan pendidikan yang ditawarkan dalam jenjang sarjana, pascasarjana, doktoral, dan post-doktoral, masing-masing selama 10 bulan (dua semester). Sementara itu, untuk staf akademik dan administrasi akan menjalani masa pembelajaran satu bulan. Adapun bagi pertukaran staf, skema pembiayaan meliputi pertukaran untuk tujuan pengajaran, pelatihan praktis, serta penelitian.

Berbagai keringanan menjadi salah satu kelebihan beasiswa ini. Tak lain karena beasiswa ini mencakup biaya hidup bulanan, tiket pesawat pulang-pergi, asuransi dan visa. Jika berminat, calon peserta perlu memperhatikan beberapa persyaratan. Berikut diantaranya:

- terdaftar sebagai mahasiswa aktif atau karyawan (untuk program staf),
- menyertakan ijazah dan transkrip nilai,
- menguasai bahasa Inggris dibuktikan dengan sertifikat,
- menyertakan rencana studi atau proposal penelitian, serta salinan paspor.

Setelah memenuhi seluruh persyaratan itu, barulah si pelamar memilih perguruan tinggi yang sudah bekerjasama dengan program beasiswa ini. Beberapa universitas itu di antaranya adalah University of the West of Scotland, UK, Anglia Ruskin University (ARU) UK, University of Gottingen, Germany, University of Nicosia, Cyprus, dan perguruan tinggi Eropa lainnya.

Aplikasi online
Saat ini, SmartLink menyediakan 160 beasiswa pertukaran pelajar untuk siswa dan staf. Perlu diingat, peserta harus berasal dari kawasan Eropa dan Asia, termasuk Indonesia.

Program beasiswa ini menyediakan 116 kursi untuk pelajar asal Asia dengan kuota 29 kursi untuk sarjana, 26 kursi untuk pascasarjana, 23 kursi untuk doktoral, 13 kursi untuk post-doktoral dan 25 staf akademik. Beasiswa mencakup berbagai disiplin ilmu, antara lain Ilmu Pertanian, Arsitektur, Perencanaan Wilayah dan Kota, Manajemen Bisnis, Pendidikan dan Pelatihan Guru, Teknik, Teknologi , Geografi, Geologi, Ilmu Kesehatan, Ilmu Pengetahuan Alam, dan bidang studi lainnya.

Bagi yang tertarik, aplikasi online untuk program ini dibuka hingga 15 Maret 2015. Pendaftaran dapat diakses melalui http://smartlink-edu.eu/apply. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi io@binus.edu atau via telepon 021.534.5830 ext 1324.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. edukasi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger